Rabu, 15 Juni 2011

Meraih Untung dari Merpati Balap


Burung-Burung Pembalap Pencetak Untung
Peluang beternak merpati balap

Mesti Sinaga, Yus Santos (Surabaya)

Seiring dengan maraknya balap merpati di berbagai daerah, merpati balap pun
diburu banyak orang. Permintaan dan harga merpati balap terus terdongkrak.
Usaha beternak merpati balap menjanjikan keuntungan berlipat ganda. Untuk
sukses di bisnis ini dibutuhkan kerja keras dan sejumlah syarat. Jangan
remehkan burung merpati. Si burung dara ini memang tak secantik burung
merak. Suaranya pun tak semerdu perkutut. Dan burung ini juga tak tergolong
langka. Jasanya untuk mengantarkan surat pun nyaris tak dibutuhkan lagi.
Meski begitu, sekarang ini si burung dara yang bisa terbang 1.000 kilometer
per hari itu sedang diburu banyak orang. Tak heran bila harganya jadi
melejit mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah per ekor.

Merpati yang diincar ini bukan sembarang merpati. Merpati ini harus yang
jinak dan cepat terbangnya, sehingga bisa diikutkan dalam arena balap
merpati alias adu doro. Ini adalah perlombaan yang dilakukan dengan mengadu
kecepatan terbang sang burung. Belakangan ini adu doro memang sedang
mewabah di berbagai daerah di tanah air. Tengok saja apa yang terjadi di
Surabaya atau di Jawa Tengah. Di kampung-kampung seperti di Karang
Menjangan, Mojo, atau Kaliwaron hampir setiap rumah memelihara merpati.
Setiap sore kampung-kampung tersebut menggelar adu doro jenis kentongan.
Dalam pertarungan ini, burung dara melakukan start atau dilepas dari desa
tetangga. Burung yang lebih dulu mencapai finish, yaitu kandangnya
masing-masing, akan disambut oleh bunyi kentongan pertanda bahwa burung
itulah yang keluar sebagai pemenang.

Penduduk kampung, tua-muda, kaya-miskin, lelaki atau perempuan berjejal
menyaksikan balapan dara itu. Para penonton pun kasak-kusuk, sibuk
bertaruh. Jumlah uang yang berputar dalam taruhan tersebut lumayan besar.
Satu kali balapan bisa mencapai Rp 5 juta. Kalau di kampung-kampung dikenal
balap merpati kentongan, di pusat kota ramai dengan balap merpati andokan.
Dalam balap andokan yang berasal dari Madura ini, adu cepat terbang
antarburung dara ini dilakukan di tanah lapang. Di Surabaya, seperti yang
biasa dilangsungkan di daerah Kenjeran dan Darmo, balap merpati jenis
andokan ini digelar minimal sekali dalam dua minggu. Panitianya adalah para
penggemar atau pehobi balap merpati. Berbeda dengan balap kentongan,
"Secara resmi para pecinta merpati balap andokan ini mengharamkan adanya
perjudian," kata Mohamad Holib, Sekretaris Persatuan Penggemar Pelestarian
Burung Utomo. Meski begitu, diam-diam toh ada saja penonton yang bertaruh.

Para pecinta merpati balap (andokan) tersebut umumnya adalah masyarakat kelas menengah atas. Maklumlah, harga si burung dara untuk andokan berpuluh kali lipat harga burung dara untuk balap kentongan. Burung dara balap kentongan harganya hanya Rp 25.000 atau paling top Rp 100.000 per ekor.
Sedangkan untuk dara andokan kelas juara, telurnya saja bisa dihargai sampai Rp 1 juta per butir. Harga anakan dara andokan yang sudah pernah meraih gelar juara berkisar antara Rp 2,5 juta - Rp 5 juta. Itu harga dara andokan keturunan juara. Sementara dara andokan peraih gelar juara itu sendiri harganya mencapai puluhan juta. "Merpati saya, yang jadi juara tahun 1998 laku terjual Rp 53 juta," kata Darmawan Utomo, pecinta sekaligus peternak merpati balap dari Surabaya.

Untung selangit tapi harus hati-hati.

Ibarat demam, kegemaran akan merpati balap ini mulai mewabah di kalangan atas. Makanya, tak heran bila makin banyak saja orang yang mengincar burung merpati balap. Apalagi, selain pecinta burung tulen, banyak pula orang kaya yang mengoleksi burung dara balap sekadar untuk menaikkan gengsinya.
Umumnya, pembeli burung dara balap tak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan burung dara yang diincarnya. Karena itulah, usaha pengembangbiakan dan jual beli burung dara balap menjadi peluang bisnis yang sangat menggiurkan. Bayangkan saja. Dengan modal Rp 65 juta, peternak merpati balap bisa meraup keuntungan sekitar Rp 35 juta atau sebesar 53%.
Itu kalau peternak sudah menjual merpati balap anakan yang berumur maksimal empat bulan (piyik). Kalau peternak memelihara merpati balap tersebut sampai berumur 10 bulan, dan dilatih terbang, keuntungan yang bisa dikeruknya lebih gede lagi. Bahkan, kalau si burung dara berhasil mencatat prestasi di salah satu arena adu cepat terbang, keuntungan yang dinikmati pemiliknya akan berlipat-lipat ganda.

Menilik hitungan di atas kertas itu, bisnis merpati balap ini sangat menggiurkan. Tapi jangan keburu nafsu dulu. Keuntungan yang besar tersebut tidak bisa diraih dengan gampang. Pangsa pasar merpati balap ini sangat spesifik dan umumnya mengenal musim. Selain itu, kendala utama dalam bisnis ini adalah belum adanya standardisasi mutu, seperti yang sudah ada dalam peternakan kuda atau perkutut. Karena belum adanya standar mutu tersebut, menurut Darmawan Utomo, orang yang berniat terjun ke bisnis peternakan merpati balap ini harus paham betul seluk-beluk merpati balap. Kalau peternaknya tak paham betul, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam memilih
bibit dan pemeliharaan akan sangat besar. "Kalau kejeblok lantaran salah pilih bibit, bukannya untung, malahan buntung dan dapat cemoohan," kata Darmawan.

Memilih bibit yang baik bukanlah pekerjaan mudah. Sampai saat ini belum ada
kriteria baku yang bisa dijadikan patokan oleh awam untuk menentukan bibit yang unggul. Secara umum memang sudah beredar semacam petunjuk bahwa bibit yang bagus adalah:
- keturunan merpati balap juara;
- badan merpati harus seimbang, artinya sayap kiri dan kanannya harus seimbang betul;
- ketika sayap dikepakkan, kedua ujungnya bertemu membentuk lingkaran;
- dan yang penting burung itu harus bermental juara.

Asal tahu saja, sekilas merpati biasa dengan jenis balap tidak ada bedanya. Perbedaan baru tampak jika kita memperhatikan bulu-bulu pada sayapnya.
"Bila bulu sayap merpati biasa berbentuk runcing, burung yang mempunyai
kecepatan tinggi berbentuk bulat," ungkap seorang pedagang di pasar burung,
di Jalan Pramuka, Jakarta Timur. Meskipun tip itu sudah beredar di pasaran,
tapi nyatanya untuk memilih bibit berdasarkan kriteria di atas tetap saja
dibutuhkan jam terbang yang tinggi. Karena itulah bagi pendatang baru yang
ingin terjun ke bisnis ini, Darmawan Utomo punya resep khusus. Pertama, pemain baru itu harus belajar keras dan pada awalnya harus melibatkan orang yang paham seluk beluk merpati balap tersebut. "Kalau Anda tak benar-benar berpengalaman, jangan pernah membeli bibit tanpa ditemani seorang yang sudah ahli," ujar Darmawan lagi.

Kedua, peternak harus terjun langsung ke lingkungan pecinta merpati balap. Caranya, misalnya rajin mengikuti setiap perlombaan balap merpati dan berusaha masuk ke jaringan pecinta merpati balap. Sudah bukan rahasia lagi, jaringan antarpenggemar merpati balap itulah yang mengendalikan harga. Soalnya, mereka tahu persis siapa-siapa konsumen potensialnya. Dengan masuk ke jaringan pehobi merpati balap itu, peternak juga akan memiliki akses untuk mendapatkan indukan yang unggul. Karena tak ada standar mutu, maka indukan yang dianggap paling layak adalah merpati balap mantan juara.
Indukan yang mantan juara ini dijadikan semacam jaminan bahwa anak yang dihasilkannya juga akan menjadi jagoan di arena balap. Jadi, meski sebenarnya kualitas merpati itu bagus, tapi kalau Anda belum punya nama di kalangan pehobi dan peternak, "Bersiap-siaplah. Harga jual merpati Anda pasti akan jatuh di bawah harga jual peternak lain yang sudah terkenal," ujar Darmawan.

Bermacam-macam obat kuat buat si pembalap

Nah, karena di Indonesia katalog silsilah merpati balap belum juga populer,
peternak mau tak mau memang harus masuk dan membangun jaringan satu sama lain. Untuk mengenali silsilah seekor merpati balap, ada semacam cincin yang dilingkarkan di kaki si burung. Tapi tak jarang cincin tersebut palsu.
Guna mengatasinya para pembeli kudu selalu melacak asal usul merpati tersebut. Pelacakan umumnya dilakukan dengan mencari informasi kepada jaringan pehobi. "Soalnya, para penggemar itu yang tahu persis merpati mana yang pernah jadi juara dan siapa pemiliknya," kata seorang penggemar balap merpati. Merpati balap yang paling mahal adalah yang berhasil mencatat prestasi sebagai nomor wahid di sebuah kejuaraan. Faktor keturunan saja tidak menjamin keperkasaan seekor merpati balap. Untuk bisa memenangi sebuah balapan, seekor merpati harus dibimbing oleh seorang pelatih yang kerap disebut joki. Sang joki inilah yang kemudian melatih si merpati untuk terbang berdasarkan karakter yang melekat pada si burung.

Terakhir, seperti halnya seorang atlet, jika mau berprestasi tinggi dia harus rajin mengonsumsi makanan bergizi tinggi. Agar bisa terbang cepat, kuat, dan memenangi suatu pertandingan, si merpati harus disuguhi berbagai macam obat kuat secara teratur. Mulai dari jamu-jamuan tradisional seperti telur ayam kampung,madu dan kunyit, sampai hemaviton dan vitamin lainnya.
Untuk burung juara, pemiliknya bahkan tak segan-segan mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk membeli ginseng, sarang burung walet, atau semacam akar-akaran obat cina bernama wang seng.

Sumber : KONTAN EDISI 10/IV
Tanggal 29 November 1999

2 komentar: